BAB I PENDAHULUAN
Pada dasarnya media massa memiliki implikasi yang luas dan bersifat ambigu, di satu sisi, media dapat menjadi perpanjangan tangan penguasa ketika regulasi tentang pemberitaan berada dalam cengkraman negara yang bersikap sebagai polisi.
Di sisi lain, media dituntut untuk menjadi sumber informasi, sarana sosialisasi, pendidikan dan pendewasaan politik bagi masyarakat.
Media massa mempunyai kecenderungan selektif dalam menurunkan pemberitaan namun pertimbangan-pertimbangan yang melatarbelakanginya terkadang tidak rasional.
Siaran TV baru-baru ini amat beragam, apalagi saat ini banyak bermunculan TV lokal baik itu milik pemerintah ataupun swasta.
Dengan banyaknya pengusaha yang berkecimpung di dunia media tersebut, maka secara langsung menumbuhkan persaingan yang amat ketat diantara sesama media.
Akan tetapi hal yang ditakutkan dalam persaingan ini ialah kemasan materi tayangan yang sering kali tidak memikirkan dampaknya. Bagi para pemilik modal mereka akan mengatakan bahwa kemasan seperti itu merupakan hal yang wajar mengingat media swasta hanya hidup melalui iklan, dan kemasan-kemasan seperti itulah yang selalu banyak penontonnya sehingga para pengiklan berlomba-lomba memasang produk mereka.
Kemasan acara dibungkus sedemikian rupa sehingga pemirsa merasa nyaman untuk selalu berada di depan TV setiap hari. Acara-acara tersebut mulai dari Kartun, Sinetron, Kuis, News dan lain-lain. Tentunya kemasan tersebut berhubungan erat dengan daya saing tayangan. Semakin menarik kemasan maka, akan semakin banyak penonton dan semakin banyak pula pengusaha pengiklan yang akan mengiklankan produknya, sehingga mereka akan mendapatkan laba yang banyak dan inilah yang berkaitan langsung dengan hidup matinya media.
Tetapi dari persaingan tersebut hal yang ditakutkan adalah efek tayangan pada khalayak, apalagi seolah-olah tidak ada rambu-rambu yang membatasi dengan jelas dan tegas isi dan kemasan tayangan.
Akan tetapi tidak semua acara TV menimbulkan efek yang kurang baik bagi masyarakat, sebagai contoh adalah acara Kick Andy di Metro TV, acara tersebut banyak memberikan motivasi pada masyarakat.
Terlebih ketika dalam acara Kick Andy menampilkan Sugeng, seorang yang cacat karena kecelakaan, ia memotivasi masyarakat yang mempunyai keadaan yang sama seperti dirinya, yang kemudian didukung pemerintah mencanangkan gerakan 1000 kaki palsu. Gerakan ini terinspirasi oleh dua orang orang yang justru bangkit dari ketidaksempurnaannya. Salah Satunya “komandan” Sugeng.
Sugeng Siswoyudhono adalah seorang penyandang cacat yang telah mendobrak keterbatasan akibat musibah menjadi sebuah spirit, yang tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tapi juga orang lain. Ia bahkan mampu membantu sesama penyandang cacat untuk bisa berjalan kaki, dengan bantuan kaki palsu yang dibuatnya meski dengan teknologi sederhana.
Semangat Sugeng telah memberi inspirasi bagi Kick Andy Foundation bersama Menteri Riset & Teknologi Republik Indonesia untuk membuat “Program Gerakan 1000 Kaki Palsu Gratis”. Program ini telah diluncurkan pada tayangan K!ck Andy di episode “Seribu Kaki”.
Sementara ini, pendaftaran peserta calon penerima kaki palsu hanya dilakukan melalui internet Dan sejak peluncurannya, jumlah pendaftar peserta program kini sudah mencapai lebih dari 1000 orang. K!ck Andy Foundation akan melakukan seleksi penerimaan calon penerima kaki palsu berdasarkan prioritas dan mengumumkannya setiap tanggal 1 melalui internet.
Prioritas penerima kaki palsu adalah mereka yang berusia produktif yakni antara 17 - 55 tahun, termasuk golongan tidak mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kelurahan setempat, dan memiliki alamat yang lengkap serta sesuai dengan KTP yang dimiliki.
Sejumlah donatur sudah mengajukan komitmennya untuk menjadi bagian dari ”Program Gerakan 1000 Kaki Palsu Gratis” seperti PT. Pertamina (Persero), Asosiasi Bank Pembangunan Daerah, PT Sido Muncul, Bank Ekspor Indonesia, Rumah Sakit Omni Internasional, PT. Abadi Nusa, dan sejumlah donatur berbagai lembaga serta perorangan.
Episode Berbagi Dalam Keterbatasan memang mendapatkan respon yang luar biasa dari pemirsanya. Sugeng bahkan telah dianggap sebagai inspirator yang mujarab bagi banyak orang, terutama mereka yang harus hidup dengan kehilangan kaki.
BAB II TINJAUAN REORITIS
Teori agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell Mc Combs dan Donald Shaw adalah salah satu teori tentang proses dampak media atau efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya.
Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda.
1. kaitan antara urutan kadar penting isyu’ yang ditetapkan media dan urutan signifikansi yang dilekatkan pada isu yang sama oleh publik dan politikus.
2. Media massa memiliki kemampuan untuk memberitahukan kepada masyarakat atau khalayak tentang isu-isu tertentu yang dianggap penting dan kemudian khalayak tidak hanya mempelajari dan memahami isu-isu pemberitaan tapi juga seberapa penting arti suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu tersebut. Jadi apa yang dianggap penting dan menjadi agenda media maka itu pulalah yang juga dianggap penting dan menjadi media bagi khalayak. Menurut Bernard Cohen, "[The press] may not be successful much of the time in telling its readers what to think, but it is stunningly successful in telling its readers what to think about".
3. Media melakukan seleksi sebelum melaporkan berita kemudian melakukan gatekeeping terhadap informasi dan akan membuat pilihan apa saja yang akan diberitakan dan tidak. Apa yang diketahui oleh khalayak pada umumnya merupakan hasil dari media gate keeping.
Ada 3 proses agenda setting :
1. Media Agenda - dimana isu didiskusikan dalam media.
2. Public Agenda - ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan khalayak.
3. Policy Agenda – pada saat para pembuat kebijaksanaan menyadari pentingnya isu tersebut Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan ‘agenda’) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting. Studi tentang agenda setting ini kebanyakan dilakukan menjelang kampanye politik. Much of the research on agenda setting has been carried out during political campaigns. There are two reason for this. First,message generated by political campaigns are usually designed to set agendas (politicians call this tactic “emphasizing the issues”). Second, political campaigns have a clear-cut beginning and end, thus making the time period for study unambigiuous5.
Untuk mengetahui apakah suatu isu dianggap penting atau menjadi agenda media dapat diketahui dengan cara melakukan penelitian analisis isi media (Content Analysis). Sedangkan untuk mengetahui isyu yang menjadi agenda publik dan dianggap penting oleh khalayak adalah dengan melakukan penelitian survey khalayak:
1. Analisis Isi Media, dilakukan dengan cara memfokuskan pada sejumlah isu yang menonjol (issue salience), misalnya tentang peristiwa, tokoh atau organisasi tertentu. Kemudian yang menjadi unit analisisnya bisa dalam bentuk berita atau artikel, kalimat, kata-kata maupun gambar atau foto yang disampaikan media. Setelah itu ukur frekuensi berapa kali pemunculan atau volume pemuatan berita tersebut. penayangan untuk media tv dan radio. Kemudian buat analisa agenda media berdasarkan urutan frekuensi atau pemunculan isu tersebut dimedia.
2. Survey Khalayak, dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau questioner baik terbuka maupun tertutup kepada sejumlah responden tentang :
a. Pendapat pribadi responden khalayak tentang suatu isu (intrapersonal agenda).]
b. Pendapat responden tentang hal-hal yang sering dikomunikasikan dengan teman, kolega, tetangga, dan sebagainya (interpersonal agenda)
c. Pendapat responden tentang hal-hal yang menurutnya sering dibicarakan orang-orang atau komunitas disekitarnya, (community agenda).
Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan agenda/agenda media) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting dan menjadi agenda public.
BAB III EFEK TERHADAP MASYARAKAT
Gerakan Seribu Kaki Palsu ini ditujukan untuk masyarakat yang membutuhkan kaki palsu, terutama pada masyarakat yang kurang mampu untuk membeli kaki palsu.
Kehadiran acara ii menimbulkan efek yang sangat besar di kalangan masyarakat. Berikut adalah efek dati acara Kick Andy tersebut dalam rangka Gerakan 1000 Kaki Palsu.
1. Kebangkitan fisik
Di mana masyarakat yang memiliki cacat fisik yaitu tidak mampu berdiri, bisa bangkit secara fisik dengan memakai kaki palsu yang diberikan secara gratis. Mereka dapat berdiri sendiri dan melakukan berbagai macam aktivitas.
2. Kebangkitan ekonomi
Di mana masyarakat yang memiliki cacat fisik yang tidak mempunyai kaki ini, tidak dapat melakukan berbagai macam aktivitas dan hanya menjadi beban bagi lingkungan sekitar, terutama dari sudut ekonomi, sekarang dapat melakukan aktivitas dan bekerja ke dalam sektor real ekonomi.
3. Kebangkitan mental
Di mana masyarakat yang memiliki cacat fisik yang tadinya merasa minder karena mempunyai cacat fisik, kini dapat menjadi lebih percaya diri.
Mereka yang tadinya merasa hanya menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya, kini menjadi lebih mandiri dan dapat menjadi Sugeng-Sugeng yang baru.
4. Menimbulkan Simpati
Dengan adanya acara ini, yang menghadirkan Sugeng, salah seorang yang mempunyai cacat mental, namun dapat membantu orang-orang yang satu nasib dengannya, dengan membuat kaki palsu.
Secara tidak langsung acara ini akan menggugah hati orang-orang kaya untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
5. Menumbuhkan Kesadaran
Menjadikan masyarakat sadar bahwa masih banyak masyarakat yang harus di Bantu, baik secara materil maupun imateril.
No comments:
Post a Comment